Lautaro Martinez Mengaku Sangat Disayangi Pelatih Inter Milan. Di tengah gejolak musim 2025-26 yang baru memasuki Desember, Lautaro Martinez, kapten Inter Milan, membuka suara soal ikatan emosionalnya dengan pelatih baru Cristian Chivu. Saat menghadiri Gran Gala del Calcio pada 1 Desember di Milan, Martinez tak segan mengaku bahwa Chivu memberinya dukungan yang begitu hangat—bahkan, ia bercanda bahwa pelatih asal Rumania itu memeluknya lebih sering daripada istrinya. Pengakuan ini datang setelah dua kekalahan beruntun Inter lawan AC Milan dan Atletico Madrid di Liga Champions, di mana Martinez diganti lebih awal dan sempat dikaitkan dengan ketegangan internal. Chivu, yang mengambil alih skuad setelah Simone Inzaghi pindah ke Al-Hilal musim panas lalu, langsung jadi sosok penyeimbang bagi El Toro. Dengan Inter kini di posisi ketiga Serie A setelah 14 pekan, pernyataan Martinez ini jadi angin segar, tunjukkan harmoni di ruang ganti yang krusial untuk balik ke puncak. INFO SLOT
Pengakuan Hangat Lautaro Martinez: Lautaro Martinez Mengaku Sangat Disayangi Pelatih Inter Milan
Martinez, yang sudah cetak delapan gol musim ini meski sempat kering selama sebulan, tak menutupi rasa syukurnya atas pendekatan Chivu. “Saya benar-benar butuh pelatih seperti Chivu. Kami ngobrol setiap hari, dan dia selalu kasih pelukan—mungkin terlalu banyak,” candanya saat bicara ke Sky Sport Italia di acara penghargaan. Pernyataan ini lahir dari momen-momen sulit akhir-akhir ini, di mana substitusi dini Martinez di dua laga besar sempat picu spekulasi media soal konflik. Tapi kapten 28 tahun itu tegas bilang tak ada masalah: “Itu cuma rotasi biasa; Chivu tahu apa yang terbaik untuk tim.” Pengakuan ini tak hanya soal pelukan fisik, tapi juga dukungan mental yang bikin Martinez merasa dihargai sepenuhnya. Di usia karier puncak, ia lihat Chivu sebagai figur ayah yang bantu navigasi tekanan sebagai kapten.
Latar Belakang Transisi Pelatih di Inter: Lautaro Martinez Mengaku Sangat Disayangi Pelatih Inter Milan
Pergantian pelatih jadi babak krusial bagi Inter musim ini. Simone Inzaghi, yang bawa skuad ke final Liga Champions dua kali dan Scudetto 2024, cabut ke Al-Hilal pada Juni setelah kalah di final UCL dari PSG. Martinez sempat cerita soal obrolan pribadi dengan Inzaghi sebelum kepergian itu, di mana ia hormati keputusan pelatihnya meski tim gagal angkat trofi apa pun musim lalu. Masuknya Chivu, mantan bek Inter yang legendaris dengan 100 caps, langsung ubah dinamika. Bukan taktik rumit ala Inzaghi, Chivu tekankan komunikasi terbuka dan kedekatan emosional—sesuatu yang Martinez bilang “saya butuhkan setelah bertahun-tahun di bawah tekanan tinggi.” Transisi ini tak mulus; dua kekalahan awal November bikin Inter tertinggal lima poin dari pemimpin, tapi kemenangan 2-1 lawan Bologna akhir pekan lalu tunjukkan tanda pemulihan, dengan Martinez assist kemenangan.
Dampak Dukungan Chivu terhadap Performa Tim
Dukungan Chivu tak cuma kata-kata; ia langsung terlihat di lapangan. Martinez, yang sempat blank sejak November, cetak gol voli krusial lawan Cagliari pada 28 Desember 2024—momen yang Inzaghi puji sebagai “sumber daya tak tergantikan.” Kini, di bawah Chivu, Martinez kembali on fire: dua gol dan tiga assist dalam empat laga terakhir, termasuk brace lawan Lazio. Pelatih itu puji kerja keras kaptennya meski tak selalu cetak gol, bilang “Lautaro selalu beri segalanya, dia bukan masalah tapi aset.” Dampaknya luas: lini depan Inter lebih solid, dengan duet Thuram-Martinez ciptakan 15 gol bersama musim ini. Suporter Nerazzurri, yang sempat khawatir soal chemistry baru, kini nyanyi nama Chivu di San Siro. Ini bukti bahwa sayang dari pelatih bisa ubah performa—Inter kini tak terkalahkan dalam tiga laga terakhir, dan Martinez jadi simbol ketangguhan skuad.
Kesimpulan
Pengakuan Lautaro Martinez soal rasa disayangi Chivu jadi cerita manis di balik badai Inter musim ini, tunjukkan bahwa ikatan emosional bisa jadi senjata rahasia di sepak bola. Dari pelukan harian hingga dukungan tak henti, Chivu bantu kaptennya bangkit, bawa tim ke jalur kemenangan lagi. Dengan Serie A masih panjang dan Liga Champions menanti, harmoni ini potensial ulang kejayaan era Inzaghi. Martinez tak lagi cuma penyerang; ia pemimpin yang merasa aman, siap pimpin Inter ke trofi. Di Milan yang dingin Desember ini, pelukan Chivu hangatkan hati El Toro—dan harapan para penggemar.
