7 Dec 2025, Sun

Alasan Madrid Terpuruk Itu Karena Toni Kroos? Mengapa?

alasan-madrid-terpuruk-itu-karena-toni-kroos-mengapa

Alasan Madrid Terpuruk Itu Karena Toni Kroos? Mengapa? Pada awal Desember 2025, Real Madrid kembali menjadi bahan diskusi panas di kalangan penggemar sepak bola Eropa. Setelah musim 2024-25 yang mengecewakan—finis ketiga di La Liga, tersingkir di perempat final Liga Champions, dan gagal di Copa del Rey—tim ini masih kesulitan menemukan ritme di bawah pelatih Xabi Alonso. Kekalahan 2-0 dari Barcelona di El Clásico November lalu jadi puncaknya, dengan lini tengah yang terlihat kehilangan arah. Banyak yang menunjuk Toni Kroos, gelandang Jerman yang pensiun usai Euro 2024, sebagai biang kerok utama. Kroos, yang meninggalkan klub setelah 10 tahun dan 22 trofi, disebut meninggalkan lubang tak tergantikan di midfield. Apakah benar penurunan Madrid semata karena absennya ia? Artikel ini kupas alasan dan dampaknya, berdasarkan performa tim sejak pensiunnya Kroos. INFO SLOT

Lubang di Lini Tengah: Pengganti yang Belum Siap: Alasan Madrid Terpuruk Itu Karena Toni Kroos? Mengapa?

Kroos pensiun di puncak performa, setelah musim 2023-24 di mana ia catat akurasi umpan 94 persen dan 12 assist di La Liga. Ia jadi otak permainan Madrid, dengan visi diagonal ball yang bongkar pertahanan lawan. Sejak absen, lini tengah tim kesulitan kontrol bola—rata-rata possession turun ke 58 persen dari 62 persen musim lalu. Luka Modric, 40 tahun, dan Federico Valverde tak bisa gantikan peran deep-lying playmaker Kroos sepenuhnya; Modric mulai sering cedera, sementara Valverde lebih cocok box-to-box.

Di musim 2024-25, Madrid kebobolan 38 gol di liga, naik dari 31 tahun sebelumnya, karena turnover midfield yang tinggi. Jude Bellingham, meski cetak 15 gol, sering terisolasi tanpa umpan presisi Kroos. Xabi Alonso akui di konferensi pers: “Kami butuh keseimbangan seperti dulu.” Tanpa Kroos, transisi dari bertahan ke serang jadi lambat, terlihat di kekalahan 4-0 dari PSG di Club World Cup Juli 2025.

Masalah Defensif: Kurang Solidaritas Tanpa Komando Kroos: Alasan Madrid Terpuruk Itu Karena Toni Kroos? Mengapa?

Kroos bukan cuma playmaker; ia komandan tak terlihat yang atur ritme tim. Pensiunnya bikin Madrid hilang “composure” di bawah tekanan, seperti yang Kroos sebut di podcastnya. Musim lalu, tim catat 15 kesalahan individu di lini belakang, banyak karena midfield gagal tutup ruang. Aurélien Tchouaméni, pengganti potensial, kuat bertahan tapi lemah distribusi—akurasi umpannya cuma 85 persen.

Ini terasa di laga besar: lawan Bayern Munich Oktober 2025, Madrid kebobolan dua gol dari serangan balik karena pressing midfield yang tak sinkron. Kroos dulu menang 70 persen duel bola, bantu tim curi bola 14 kali per laga. Kini, angka itu turun ke 10, bikin pertahanan rentan. Analis sebut ini “efek domino”—tanpa Kroos, bek seperti Eder Militao sering kewalahan, dan clean sheet tim cuma 8 dari 20 laga musim ini.

Adaptasi Lambat: Era Baru Tanpa Pilar Lama

Alonso, yang gantikan Carlo Ancelotti Juni 2025, bawa gaya pressing tinggi ala Leverkusen, tapi skuad Madrid masih adaptasi. Kroos, dengan pengalaman 500 laga klub, jadi jembatan antara veteran dan muda seperti Arda Güler. Pensiunnya percepat transisi, tapi tanpa pengganti instan, tim terlihat kacau. Di La Liga, Madrid kalah lima laga tandang musim lalu, rekor buruk sejak 2019.

Kylian Mbappé, rekrutan bintang, cetak 12 gol tapi sering frustrasi karena kurang suplai bola—hanya 6 assist darinya, bandingkan 15 musim debut. Kroos sebut di wawancara El País: “Sistem kuat lebih penting daripada pemain baru.” Madrid rekrut Martin Zubimendi musim panas, tapi ia butuh waktu; performanya baru 7.2 rating rata-rata. Ini bikin tim over-rely pada Bellingham, yang capek main 90 menit hampir setiap laga.

Kesimpulan

Ya, Toni Kroos jadi alasan utama Madrid terpuruk—lubang midfield tak tergantikan, hilangnya solidaritas defensif, dan adaptasi lambat era baru semuanya berakar dari absennya ia. Pensiun di usia 34 setelah 22 trofi tinggalkan warisan besar, tapi juga void yang bikin musim 2024-25 jadi mimpi buruk. Hingga Desember 2025, dengan posisi kedua klasemen tapi selisih enam poin dari pemuncak, Alonso punya waktu perbaiki. Jika pengganti Kroos matang cepat, Madrid bisa bangkit; kalau tidak, penurunan ini bisa berlanjut. Kroos bukan biang kerok literal, tapi bayangannya jadi pengingat: legenda tak gampang diganti. El Real butuh lebih dari talenta—ia butuh visi seperti Kroos dulu.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *