13 Nov 2025, Thu

Kehilangan Terbesar Roma Usai Melawan Milan

kehilangan-terbesar-roma-usai-melawan-milan

Kehilangan Terbesar Roma Usai Melawan Milan. Malam Minggu lalu di San Siro, AS Roma pulang dengan tangan hampa setelah kalah tipis 0-1 dari AC Milan dalam laga Serie A yang penuh drama. Gol tunggal Strahinja Pavlovic di babak pertama jadi penentu, tapi yang lebih menyakitkan bagi Giallorossi adalah penalti gagal Paulo Dybala di menit ke-85 yang ditepis Mike Maignan dengan heroik. Namun, kehilangan terbesar tak berhenti di situ: Dybala langsung cedera hamstring ringan usai tendangan itu, dipaksa keluar lapangan dengan wajah meringis. Pelatih Gian Piero Gasperini menyebut ini pukulan telak, karena sang playmaker Argentina jadi tulang punggung serangan Roma sepanjang musim. Kekalahan ini tak hanya rampas posisi puncak klasemen—Roma kini turun ke peringkat kedua—tapi juga ancam ambisi Eropa mereka. Di tengah jadwal padat, absennya Dybala bisa ubah dinamika skuad, ingatkan bahwa satu momen sial bisa hancurkan momentum tim yang sedang on fire. REVIEW KOMIK

Jalannya Laga yang Berakhir Menyakitkan: Kehilangan Terbesar Roma Usai Melawan Milan

Pertandingan dimulai dengan tempo ketat, khas derby Italia yang selalu penuh gesekan. Milan, di bawah arahan Massimiliano Allegri, langsung tekan dengan pressing tinggi, kuasai bola 52 persen di babak pertama. Pavlovic buka skor di menit 22 lewat sundulan akurat dari umpan Rafael Leão—gol yang lahir dari set-piece sempurna, manfaatkan kelengahan bek Roma seperti Chris Smalling. Giallorossi tak panik; Gasperini instruksikan transisi cepat, dan Lorenzo Pellegrini hampir samakan kedudukan di menit 35 dengan tembakan melengkung yang kena tiang.

Babak kedua jadi panggung Roma. Mereka dominan dengan 14 tembakan, tapi pemborosan jadi musuh utama. Di menit 85, pelanggaran Theo Hernández di kotak penalti beri harapan: Dybala maju sebagai eksekutor andalan, tapi tendangannya lemah ke kiri ditepis Maignan yang tebak arah benar. Itu akhir rekor penalti sempurna Dybala di Roma—19 sukses berturut-turut—dan langsung picu cedera. Roma coba tekan lagi, tapi peluit akhir tutup mimpi poin penuh. Kekalahan ini hentikan rekor tiga kemenangan beruntun Roma, termasuk kemenangan meyakinkan atas Bologna pekan sebelumnya. Gasperini puji usaha tim: “Kami ciptakan banyak peluang, tapi finishing kurang tajam—dan penalti itu momen krusial yang lewat.”

Cedera Dybala: Pukulan Telak bagi Serangan Roma: Kehilangan Terbesar Roma Usai Melawan Milan

Paulo Dybala, usia 32 tahun, bukan sekadar pemain; ia jantung kreativitas Roma musim ini. Dengan lima gol dan tujuh assist di Serie A, plus dua gol di Europa League, ia libatkan 12 gol tim—angka tertinggi di skuad. Cedera hamstring ringan ini lahir tepat usai penalti gagal: saat berlari mundur, ia rasakan tarikan otot, langsung diganti Tammy Abraham di menit 88. Pemeriksaan awal konfirmasi absen 2-3 pekan, cukup buat lewatkan laga krusial lawan Bologna dan mungkin perempat final Europa League akhir November.

Gasperini tak hias omongannya: “Kehilangan Dybala adalah yang terbesar; ia beri visi yang tak tergantikan.” Tanpa ia, serangan Roma kehilangan presisi—lihat saja bagaimana assistnya bantu Pellegrini dan Stephan El Shaarawy musim ini. Alternatif seperti Bryan Cristante atau Nicola Zalewski bisa geser ke peran playmaker, tapi kurang magis. Ini tambah beban bagi skuad yang sudah kehilangan Evan Ndicka karena cedera panjang. Roma kini andalkan Osimhen—eh, Abraham—untuk gol, tapi tanpa Dybala, passing akhir sering mandul. Cedera ini juga soroti isu fisik: Roma catat enam cedera musim ini, lebih banyak dari rival seperti Inter atau Juventus, picu kritik soal program pemulihan Gasperini.

Implikasi Jangka Pendek dan Panjang bagi Ambisi Roma

Kekalahan ini tak hanya rampas tiga poin, tapi juga posisi puncak Serie A—Roma kini tertinggal dua poin dari pemuncak, dengan selisih gol jelek. Di Europa League, mereka masih aman di puncak grup dengan sembilan poin, tapi absen Dybala bisa ganggu laga lawan tim kuat seperti Porto minggu depan. Gasperini harus tweak taktik: formasi 4-3-3 lebih defensif, dengan fokus counter via sayap El Shaarawy dan Matías Soulé. Tapi, tekanan naik; fans Olimpico yang setia mulai gelisah, ingat musim lalu Roma finis keempat meski start kuat.

Jangka panjang, ini ujian bagi proyek Gasperini yang baru sejak musim panas. Ia bangun skuad muda seperti Tommaso Baldanzi, tapi tanpa Dybala sebagai mentor, adaptasi bisa lambat. Finansial Roma aman berkat penjualan minat dari klub Arab, tapi cedera beruntun bisa picu belanja Januari—mungkin playmaker seperti Teun Koopmeiners dari Atalanta. Bagi Gasperini, ini pelajaran: rotasi lebih pintar untuk jaga bintang utama. Kompetitor seperti Milan naik ke peringkat tiga berkat kemenangan ini, bikin persaingan Scudetto makin sengit. Roma butuh bangkit cepat; laga kandang lawan Udinese akhir pekan ini jadi kesempatan tebus dosa, tanpa Dybala sebagai pengingat betapa rapuhnya tim top.

Kesimpulan

Kehilangan terbesar Roma usai laga lawan Milan bukan kekalahan 0-1 semata, tapi cedera Paulo Dybala yang robek jaring serangan Giallorossi. Dari penalti gagal yang tragis hingga absen 2-3 pekan, plus implikasi klasemen dan taktik, ini pukulan yang butuh respon cepat dari Gasperini. Roma jatuh dari puncak, tapi semangat tim tetap ada—Pellegrini janji skuad kompak tanpa bintangnya. Di Serie A yang tak kenal ampun, momen seperti ini bisa jadi titik balik: bangkit lebih kuat atau tenggelam dalam krisis cedera. Saat Olimpico tunggu kembalinya Dybala, harapan tetap menyala—Roma bukan tim yang mudah menyerah, dan kehilangan ini justru bisa lahirkan cerita kebangkitan. Musim panjang, tapi Giallorossi siap tempur lagi.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *