13 Nov 2025, Thu

Cara Mengerikan Jose Mourinho Mengusir Henrikh Mkhitaryan

cara-mengerikan-jose-mourinho-mengusir-henrikh-mkhitaryan

Cara Mengerikan Jose Mourinho Mengusir Henrikh Mkhitaryan. Dunia sepak bola kembali diramaikan oleh pengakuan pedih Henrikh Mkhitaryan, mantan bintang Manchester United, yang baru saja ungkap sisi gelap masa kerjanya di bawah Jose Mourinho. Dalam wawancara eksklusif awal Oktober 2025, Mkhitaryan sebut pendekatan Mourinho sebagai “mengerikan” dan “grotesque”, termasuk pesan teks harian yang memerintahnya hengkang dari Old Trafford. Ini muncul saat Mkhitaryan, kini gelandang Inter Milan yang sukses raih treble Serie A, Champions League, dan Coppa Italia musim lalu, refleksikan karirnya. Mourinho, yang kini latih Fenerbahce di Turki, dikenal gaya manajemen keras—tapi kasus Mkhitaryan jadi contoh ekstrem bagaimana “The Special One” usir pemain dengan cara yang bikin bulu kuduk merinding. Transfer paksa ke Arsenal via swap Alexis Sanchez Januari 2018 jadi klimaks drama itu. Bagi fans Setan Merah, ini nostalgia pahit; bagi Mourinho, mungkin cuma taktik biasa. Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Pengakuan ini tak hanya buka luka lama, tapi juga soroti sisi manusiawi di sepak bola elit. BERITA TERKINI

Awal Karier Mkhitaryan di MU: Janji Besar yang Cepat Retak: Cara Mengerikan Jose Mourinho Mengusir Henrikh Mkhitaryan

Henrikh Mkhitaryan tiba di Manchester United musim panas 2016 sebagai buruan utama Jose Mourinho. Datang dari Borussia Dortmund dengan biaya 26,3 juta pound, ia langsung jadi starter di skuad yang haus gelar Europa League. Mourinho, yang kenal Mkhitaryan sejak era Chelsea-Dortmund, puji ia sebagai “pemain kreatif dengan visi luar biasa” yang bisa isi kekosongan di sayap. Musim debut, Mkhitaryan kontribusi 11 gol dan lima assists di 35 laga, termasuk gol pembuka final Europa League lawan Ajax—bantu MU angkat trofi pertama di era Mourinho. Tapi retak mulai muncul saat adaptasi ke Premier League. Intensitas liga Inggris bikin ia kesulitan; ia sering dikritik soal pressing dan konsistensi. Mourinho, yang tuntut disiplin militer, mulai pinggirkan Mkhitaryan demi Marcus Rashford atau Jesse Lingard. Di ruang ganti, hubungan awalnya harmonis berubah dingin—Mourinho sebut ia “kurang lapar” di latihan. Pengakuan terbaru Mkhitaryan ungkap: Mourinho awalnya dukung penuh, tapi kritik mulai mengalir deras setelah kekalahan dari Fenerbahce di Europa League grup. Ini fondasi bagi konflik yang eskalasi, di mana Mourinho ubah dukungan jadi senjata untuk “motivasi” ala-nya.

Eskalasi Konflik: Teks Brutal Malam dan Pengusiran dari Latihan: Cara Mengerikan Jose Mourinho Mengusir Henrikh Mkhitaryan

Hubungan memburuk jadi mimpi buruk saat Mourinho terapkan taktik psikologis ekstrem. Mkhitaryan ungkap, selama hampir setahun setengah, ia terima pesan teks harian dari Mourinho—setiap malam—yang isinya kasar: “You should leave the club” atau variasi perintah hengkang. “Itu grotesque, seperti siksaan mental,” kata Mkhitaryan, yang rasanya seperti dipaksa putus asa. Puncaknya, ledakan emosi di latihan November 2017: Mourinho usir Mkhitaryan dari sesi tim utama, tuduh ia “piece of sh*t” di depan rekan setim. Insiden itu, yang terjadi pasca-kekalahan dari Huddersfield, bikin Mkhitaryan absen tiga laga berturut—ia hanya main 22 menit sepanjang November. Mourinho, dikenal gaya “hairdryer treatment” ala Sir Alex Ferguson, tambah kritik publik: “Henrikh perlu kerja lebih keras, atau dia tak punya tempat di sini.” Di balik pintu tertutup, sumber internal MU sebut Mourinho sengaja isolasi Mkhitaryan untuk paksa transfer—strategi yang ia ulangi pada Luke Shaw atau Anthony Martial. Mkhitaryan, yang kontraknya masih panjang, rasanya terjebak: agennya coba negosiasi, tapi Mourinho blokir tawaran dari Inter dan Juventus. Ini bukan konflik biasa; ini pengusiran sistematis yang bikin Mkhitaryan pertanyakan karirnya, hingga akhirnya terima swap dengan Sanchez—kesepakatan yang Mourinho dorong habis-habisan.

Dampak Transfer dan Karir Pascak MU: Bangkit dari Abu

Transfer Januari 2018 jadi titik balik tragis-komedi. Mkhitaryan tukar posisi dengan Alexis Sanchez, yang juga bermasalah di Arsenal—kesepakatan senilai 26 juta pound plus bonus. Di Emirates, Mkhitaryan langsung meledak: 13 gol dan 11 assists di musim 2017-18, bantu Arsenal finis kelima Premier League. “Akhirnya bebas dari tekanan itu,” katanya kini, saat cerita pengalaman di Roma di mana ia raih Conference League 2022 di bawah Mourinho—ironis, tapi hubungan mereka sudah dingin. Kini di Inter, Mkhitaryan 36 tahun masih kontribusi kunci: tiga gol di Serie A musim ini, plus peran ayah bijak di skuad Simone Inzaghi. Bagi Mourinho, kasus ini jadi noda di CV MU-nya: meski angkat tiga trofi, konflik ini kontribusi pada pemecatannya Desember 2018. Penggemar Setan Merah kini lihat Mkhitaryan sebagai korban taktik Mourinho yang kejam—strategi yang sukses buat Pogba hengkang untung, tapi gagal di Mkhitaryan yang justru bersinar di Italia. Pengakuan ini juga soroti isu kesehatan mental di sepak bola: FIFA dorong regulasi anti-bullying pelatih, terinspirasi kasus serupa.

Kesimpulan

Cara mengerikan Jose Mourinho usir Henrikh Mkhitaryan dari Manchester United—dari teks brutal malam hingga pengusiran latihan—adalah cerita kelam yang kini terungkap lebar-lebar. Dari janji besar 2016 hingga swap dramatis 2018, itu tunjukkan sisi gelap “Special One”: motivasi lewat rasa sakit yang kadang melewati batas. Mkhitaryan bangkit jadi juara di Arsenal, Roma, dan Inter, sementara Mourinho lanjut karirnya di Fenerbahce dengan gaya serupa. Bagi sepak bola, ini pelajaran: talenta seperti Mkhitaryan butuh dukungan, bukan siksaan. Fans MU boleh nostalgia, tapi cerita ini ingatkan—di balik trofi, ada hati yang bisa retak. Mourinho mungkin bilang “itu buat kebaikan”, tapi Mkhitaryan jawab dengan karir gemilang: terima kasih, tapi selamat tinggal.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *